Home | Sitemap | Login

   

Peatland News

Title: Workshop ''Kajian Status dan Sebaran Gambut di Indonesia'' (25 october 2002)
Date: 25-Oct-2002
Category: Indonesia-Workshop & Seminar

LATAR BELAKANG

Gambut merupakan suatu ekosistem lahan basah yang dicirikan oleh adanya akumulasi bahan organik dalam kurun waktu yang lama. Akumulasi ini terjadi dikarenakan lambatnya laju dekomposisi dibandingkan dengan laju penimbunan bahan organik yang terdapat di lantai hutan lahan basah. Proses pembentukan gambut hampir selalu terjadi pada kondisi tergenang atau pada kawasan pantai yang basah dimana bahan organik dihasilkan dalam jumlah yang banyak.

Sebelum akhir era tahun 2000-an, fungsi lahan gambut telah banyak dikenal oleh berbagai kalangan sebagai suatu habitat lahan basah yang mendukung kehidupan flora dan fauna (keanekaragaman hayati) yang khas, pengatur sistem hidrologi (mencegah banjir saat musim hujan dan mencegah intrusi air laut saat kemarau), sumber nafkah pencaharian bagi masyarakat (misal diambil kayunya untuk rumah, industri, bahan makanan, obat-obatan dsb). Namun menjelang tahun 2000-an, dunia mulai menaruh perhatian yang lebih luas akan peranan gambut di muka bumi ini, yaitu sebagai habitat lahan basah yang mampu menyerap (sequester) dan menyimpan (rosot/sink) karbon dalam jumlah besar sehingga dapat mencegah larinya gas rumah kaca (terutama CO2), yang dapat berdampak terhadap perubahan iklim, ke atmosfer bumi.

Perhatian dunia yang semakin besar terhadap gambut tidak terlepas dari kesadaran bangsa-bangsa di dunia akan adanya perubahan iklim global yang akan berdampak sangat luas terhadap berbagai kehidupan di muka bumi ini. Hal demikian ditunjukan dari telah diratifikasinya Kerangka Kerja Konvensi Perubahan Iklim PBB (UNFCCC) oleh berbagai negara, namun di tingkat pelaksanaannya (seperti tercantum dalam Protokol Kyoto) masih belum mendapat kesepakatan/dukungan yang memadai dari pihak-pihak negara tertentu.

Dari sekitar 450 juta ha luas lahan gambut yang terdapat di seluruh dunia, sekitar 12 % (atau 54 juta ha) berada di kawasan tropika basah, terutama di Asia, Karibia, Amerika Tengah, serta Afrika Selatan). Dari kawasan tersebut, Indonesia memiliki kawasan gambut tropika terluas, diperkirakan antara 16 dan 27 Juta hektar (50% dari luasan gambut tropika); terutama terdapat di Sumatera, Kalimantan dan Irian Jaya, serta sedikit di Halmahera dan Sulawesi.

Mengingat adanya kebakaran hutan dan lahan (terutama gambut) yang sering terjadi di Indonesia (puncaknya pada tahun 1997/1998), maka keberadaan/luasan lahan gambut ini diduga telah jauh berkurang. Beberapa lahan gambut bekas terbakar tersebut (misal di Kalimantan Timur dan Jambi) di musim hujan tergenangi air dan membentuk habitat danau-danau yang bersifat sementara, namun di musim kemarau memperlihatkan hamparan terbuka yang gersang, dan dalam beberapa hal berpeluang untuk terbakar lagi.

Berkenaan dengan hal di atas, maka lokakarya ini merupakan langkah awal untuk mengidentifikasi berbagai hal yang berkaitan dengan keberadaan lahan gambut di Indonesia.

TUJUAN

Workshop ini diadakan dengan tujuan untuk mengidentifikasikan pihak-pihak yang terlibat dengan kegiatan pemetaan, inventarisasi data dan penelitian yang berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan keberadaan gambut di Indonesia.

KELUARAN

Keluaran yang diharapkan dari Workshop ini adalah disusunnya basis data mengenai status dan sebaran rawa gambut di Indonesia. Dari lokakarya ini nantinya akan dihasilkan:
Tim kecil yang akan melakukan kajian-kajian lebih lanjut dan rinci terhadap sebaran danstatus keberadaan gambut di Indonesia;
Prosiding hasil lokakarya (memuat materi yang dibahas dalam lokakarya);
Informasi umum mengenai sebaran dan status keberadaan gambut di Indonesia yang telah ada untuk digunakan sebagai masukan bagi kegiatan inventarisasi lebih lanjut dan masukan bagi para pengambil keputusan di Tingkat Pusat, Propinsi maupun Kabupaten dalam rangka pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan (sebagai input dalam penulisan The National Strategy and Action Plan for the Management of Indonesian Wetlands).

MEKANISME PELAKSANAAN

Metode: Presentasi individu dan diskusi
Setiap instansi peserta lokakarya menyampaikan/mempresentasikan hasil-hasil kegiatan inventarisasi sebaran dan status rawa gambut yang pernah dilakukan (seperti peta-peta, laporan-laporan, data-data, dsb. yang berkaitan dengan isu gambut di Indonesia).

WAKTU DAN TEMPAT

Workshop ini dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2002, bertempat di Hotel Pangrango 2, Jl. Gunung Gede, Bogor.

PESERTA

Peserta workshop dibatasi hanya 40 individu maupun wakil lembaga pemerintah dan LSM yang berkaitan dengan pengelolaan rawa gambut, diantaranya dari Puslitbangtanak, Kementerian Negara Lingkungan Hidup, Kimpraswil, LIPI, LSM, serta perwakilan dari Perguruan Tinggi.

NARA SUMBER

Sejumlah nara sumber diundang untuk memberikan gambaran perkembangan informasi status dan sebaran gambut yang telah dimiliki oleh berbagai stakeholder. Tahapan ini penting sebagai langkah koordinatif antar stakeholder, terutama untuk mencegah terjadinya in-efisiensi dan tumpang tindih kegiatan inventarisasi status dan sebaran rawa gambut.

PELAKSANA

Workshop ini merupakan bagian dari kegiatan Proyek Climate Change, Forests and Peatlands in Indonesia (CCFPI) yang dilaksanakan oleh Wetlands International - Indonesia Programme (WI-IP) bekerjasama dengan Wildlife Habitat Canada (WHC). Proyek ini terlaksana atas dukungan dana dari Canadian International Development Agency (CIDA).

 



[ Back ] [ Print Friendly ]